Dalam beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental semakin menjadi perhatian serius, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda. Tekanan akademik, dinamika hubungan sosial, pengaruh media digital, serta ketidakpastian masa depan menjadi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya gangguan kesehatan mental pada kelompok usia produktif ini.
Berbagai survei dan laporan menunjukkan tren peningkatan kasus kecemasan, depresi, hingga perilaku menyakiti diri sendiri yang dialami oleh remaja dan mahasiswa. Sayangnya, stigma sosial dan minimnya pemahaman terhadap pentingnya kesehatan jiwa masih menjadi hambatan utama dalam penanganan kasus-kasus tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Lukman, SKM., M.Kes, menyampaikan bahwa pendekatan promotif dan preventif menjadi kunci dalam menghadapi tantangan kesehatan mental di era saat ini. “Kesehatan mental harus mendapatkan perhatian yang sama seperti kesehatan fisik. Kita perlu membangun sistem dukungan di sekolah, perguruan tinggi, dan lingkungan masyarakat agar para remaja merasa aman untuk berbicara dan mencari bantuan,” ujarnya.
Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Kesehatan terus mendorong penguatan layanan kesehatan jiwa di puskesmas, pelatihan bagi konselor sebaya di sekolah, serta kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental.
Kolaborasi lintas sektor – termasuk dunia pendidikan, organisasi kepemudaan, dan komunitas kesehatan – diharapkan dapat membentuk ekosistem yang mendukung tumbuh kembang mental remaja secara sehat dan seimbang. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk menangani kasus yang sudah terjadi, tetapi juga mencegah risiko gangguan mental sejak dini.
Dengan meningkatnya pemahaman dan kepedulian bersama, diharapkan remaja dan dewasa muda dapat tumbuh menjadi individu yang kuat secara emosional, resilien dalam menghadapi tekanan, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.