Penyakit Zoonosis dan Perubahan Iklim: Kita Harus Siap Apa?

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia dihadapkan pada tantangan baru di bidang kesehatan masyarakat: meningkatnya risiko penyakit zoonosis sebagai dampak tidak langsung dari perubahan iklim. Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung, seperti melalui air, udara, atau vektor pembawa seperti nyamuk dan kutu.

Perubahan iklim menyebabkan pergeseran suhu, naiknya permukaan air laut, meningkatnya kelembaban, serta ketidakteraturan musim hujan dan kemarau. Kondisi ini berpengaruh langsung terhadap habitat alami hewan, pola migrasi satwa liar, dan perkembangan vektor penyakit. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan interaksi antara manusia dan hewan pembawa patogen, serta meluasnya wilayah penyebaran penyakit yang sebelumnya hanya terbatas pada area tertentu.

Contoh nyata dari fenomena ini dapat dilihat pada meningkatnya kasus leptospirosis di daerah perkotaan setelah banjir, atau munculnya kembali kasus rabies di wilayah yang sebelumnya dinyatakan bebas. Demikian pula, penyakit seperti flu burung dan virus Nipah terus menjadi ancaman serius seiring meningkatnya tekanan terhadap ekosistem satwa liar.

Pertanyaannya kini, kita harus siap apa?

Pertama, diperlukan pemahaman yang kuat bahwa isu penyakit zoonosis tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan erat dengan kondisi lingkungan hidup dan pola interaksi manusia dengan alam. Oleh karena itu, pendekatan One Health — yang mengintegrasikan aspek kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kelestarian lingkungan — menjadi kerangka kerja yang harus diadopsi secara lintas sektor.

Kedua, penting bagi pemerintah pusat dan daerah untuk memperkuat sistem surveilans penyakit zoonosis yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Hal ini mencakup pemantauan aktif terhadap populasi hewan pembawa penyakit, peningkatan kapasitas laboratorium untuk deteksi dini, serta pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan.

Ketiga, keterlibatan masyarakat juga sangat krusial. Edukasi publik mengenai cara mencegah penularan penyakit dari hewan, pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, serta kewaspadaan terhadap gejala awal penyakit harus menjadi bagian dari program komunikasi risiko yang berkelanjutan.

Keempat, kolaborasi antara sektor kesehatan, lingkungan, peternakan, dan kehutanan perlu ditingkatkan melalui forum koordinasi terpadu. Dengan menyatukan data, keahlian, dan sumber daya, respons terhadap ancaman zoonosis dapat dilakukan secara lebih cepat dan efektif.

Perubahan iklim merupakan tantangan global yang memerlukan respons lokal yang tangguh. Penyakit zoonosis hanyalah salah satu dari sekian banyak dampak yang perlu diantisipasi dengan strategi berbasis ilmu pengetahuan, kolaborasi lintas disiplin, dan ketahanan sistem kesehatan. Dengan langkah yang tepat dan terukur, kita dapat melindungi masyarakat dari risiko yang semakin kompleks di masa depan.