Stunting masih menjadi salah satu tantangan serius dalam pembangunan kesehatan, terutama yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Sebagai bentuk komitmen dalam percepatan penurunan stunting, berbagai intervensi dilakukan secara terpadu, dengan titik fokus pada tingkat keluarga sebagai lini pertama pencegahan.
Intervensi terpadu ini mencakup berbagai pendekatan, mulai dari peningkatan gizi ibu hamil dan balita, pemantauan tumbuh kembang anak, penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat, hingga penguatan sanitasi lingkungan. Pelibatan lintas sektor seperti kader posyandu, tenaga kesehatan, pemerintah gampong, dan tokoh masyarakat menjadi elemen penting dalam pelaksanaan kegiatan ini secara berkelanjutan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Lukman, SKM., M.Kes, menegaskan pentingnya pendekatan keluarga sebagai strategi utama dalam menurunkan angka stunting.
“Keluarga adalah ujung tombak dalam upaya mencegah stunting. Edukasi dan pendampingan harus dilakukan sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun atau dikenal sebagai 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),” ujarnya.
Beliau juga menekankan bahwa penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara parsial.
“Kami mengedepankan intervensi gizi spesifik dan sensitif, seperti pemberian makanan tambahan (PMT), imunisasi dasar lengkap, pemeriksaan kehamilan yang rutin, serta peningkatan akses air bersih dan sanitasi. Semua ini membutuhkan sinergi yang kuat antar sektor,” tambah Lukman.
Melalui gerakan bersama dan pendekatan dari hulu ke hilir, pencegahan stunting diharapkan tidak hanya menurunkan prevalensi angka kasus, tetapi juga membentuk keluarga yang lebih sadar gizi, aktif menjaga kesehatan anak, dan berdaya dalam menerapkan pola asuh yang tepat.
Dengan upaya yang terencana dan berkesinambungan, pencegahan stunting melalui intervensi terpadu di tingkat keluarga menjadi pondasi kuat dalam menciptakan generasi sehat, cerdas, dan unggul di masa depan.