Dinkes Kota Banda Aceh Beri Pembekalan Kepaniteraan Klinik Senior Rotasi Psikomotor Bagi Dokter Muda Unsyiah

Banda Aceh – Sesuai dengan MoU No.440/1734/2019 dan No.B/75/UN11/HK.07.00/2019 antara Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), maka pada periode 15-19 Maret 2021 Dinkes Kota Banda Aceh kembali menerima dokter muda yang akan menjalani kepaniteraan klinik senior rotasi psikomotor dari Fakultas Kedokteran Unsyiah.

Kepaniteraan klinik senior rotasi psikomotor ini merupakan bagian dari stase Family Medicine yang wajib dijalani oleh semua dokter muda di dalam masa Co-Ass mereka. Kepaniteraan klinik senior rotasi psikomotor periode ini diikuti oleh 15 orang dokter muda Unsyiah dan akan bertugas di 11 puskesmas dalam wilayah Kota Banda Aceh.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Lukman, SKM, M.Kes menyampaikan bahwa salah satu tujuan penting dari kerjasama MoU Dinkes Kota Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ini adalah membentuk tenaga profesional kesehatan yang siap pakai serta membangun jejaring koordinasi yang selaras antara pemerintah dan akademisi dalam mewujudkan pembangunan kesehatan di Kota Banda Aceh.

Sebelum para dokter muda diterjunkan ke Puskesmas, maka terlebih dahulu pihak Dinas Kesehatan melalui Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) memberikan materi pembekalan agar kepaniteraan klinik senior rotasi psikomotor ini dapat berjalan dengan lancar sebagaimana diharapkan. Adapun materi pembekalan yang disampaikan oleh Kabid SDK dr. Nuraihan, MKM di dalamnya mencakup ketentuan umum peserta, peraturan tata tertib di Puskesmas, peraturan khusus pelaksanaan praktek dalam masa pandemi Covid-19, indikator penilaian gagal/ketidaklulusan praktek, serta profil masing-masing Puskesmas yang akan menjadi tempat penempatan kepaniteraan klinik senior rotasi psikomotor tersebut.

Dalam pembekalan via zoom meting tersebut dr. Nuraihan mengharapkan kepada seluruh dokter muda agar nantinya dapat menjadi bagian dari barisan pemerintah dalam mempromosikan program kesehatan yg ada di Puskesmas, serta menjadi tenaga profesional yang siap kerja dan siap pakai dan bisa menyandingkan serta menyeimbangkan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dengan kondisi dilapangan.

“Terdapat perbedaan yang signifikan antara unit kerja di Puskesmas dan rumah sakit. Puskesmas lebih kompleks upaya kesehatannya, ada promotif, preventif, dan kuratif. Semuanya harus dapat berjalan seiring sejalan. Sementara di rumah sakit mereka hanya secara kuratif”, ungkapnya.

dr. Nuraihan juga mengingatkan kepada seluruh dokter muda peserta pembekalan untuk dapat menjadi tenaga profesi yang siap tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan individu, tapi juga komunitas.

“Teori yg didapat di bangku perkuliahan bisa dipastikan 70% mengarah ke individu, untuk pelayanan kesehatan komunitas itu didapat diluar bangku kuliah”, tutupnya