Gula darah yang tidak terkendali dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan, terutama bagi penderita diabetes. Mengetahui kadar gula darah yang berbahaya menjadi langkah krusial dalam mencegah komplikasi serius. Menurut informasi dari Verywell Health, kadar gula darah tinggi yang dianggap berbahaya adalah di atas 240 miligram per desiliter (mg/dL) atau 13,3 millimoles per liter (mmol/L).
Sementara itu, gula darah rendah yang dapat membahayakan adalah kurang dari 54 mg/dL atau 3,0 mmol/L. Hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, diklasifikasikan dalam tiga tingkatan berdasarkan tingkat keparahannya. Hipoglikemia level 1 terjadi saat kadar gula darah kurang dari 70 mg/dL (3,9 mmol/L) tetapi lebih dari atau sama dengan 54 mg/dL (3,0 mmol/L). Hipoglikemia level 2 terjadi ketika kadar gula darah turun di bawah 54 mg/dL (3,0 mmol/L) dan dapat menyebabkan gejala neuroglycopenic. Sedangkan Hipoglikemia level 3 terjadi jika terjadi perubahan fungsi mental atau fisik, memerlukan bantuan dari orang lain untuk proses penyembuhan, dan jarang terjadi pada penderita diabetes tipe 1 yang menggunakan insulin.
Penting bagi penderita diabetes untuk menjaga kadar gula darah puasa dalam rentang 80 hingga 130 mg/dL dan kurang dari 180 mg/dL sekitar satu hingga dua jam setelah makan. Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi, khususnya lebih dari 240 mg/dL (13,3 mmol/L), memerlukan perhatian medis segera. Kondisi ini, jika tidak diatasi dengan cepat, dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti ketoasidosis diabetik (DKA) dan sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik (HHNS). Keduanya merupakan kondisi gawat darurat dan memerlukan penanganan medis secepatnya untuk mencegah dampak yang lebih parah, termasuk kejang-kejang, kehilangan kesadaran, koma, bahkan kematian.